Fenomena Awal Ramadhan

 
      Awal-awal Ramadhan seperti ini adalah waktu yang sangat menyenangkan. Sesuatu yang sanagt menyenangkan tersebut adalah karna terjadi sebuah fenomena yang selaltu terjadi setiap tahun. Mungkin fenomena ini adalah fenomena yang tidak baik. Berulang kali kita mendengar pendakwah, ustadz, dai dan khatib mengingatkan agar fenomena yang kurang menyenangkan ini tidak terus erlanjut setiap tahun. Namun apa daya, mereka yang mengingatkan hanya dapat mengingatkan
. Kata-kata peringatan yang mereka keluarkan hanya menjadi isapan jempol semata. Kata-kata motifasi yang mereka berikan hanya menjadi angin lalu sahaja. Berulang kali namun tetap terjadi.

       Fenomena yang sangat tidak patut, namun tidak dapat kita cegah. Karna yang dapat mencegahnya hanya jika seluruh muslim dan muslimah bersatu dan bertekat agar fenomena ini tidak terulang lagi. Tidak ada yang bisa mencegah dan menghentikan fenomena ini kecuali masing-masing individu muslim sendiri.
         
       Fenomena yang kita bicarakan adalah ‘ramai di awal dan sepi diakhir’. Ketika awal Ramadhan mesjid penuh. Sangat ramai jamaah yang hadir untuk melaksanakan shalat isya, tarawih dan witir berjamaah. Namun, hari demi hari jamaah semakin berkurang. Bahkan pada malam ke-10 Ramadhan saja jamaah isya, tarawih dan witir tinggal setengah daripada jamaah ketika awal Ramadhan. Dan ketika akhir Ramadhan jamaah yang tertinggal hanya segelintir saja.
          
      Sungguh ironi, kaum muslim tidak dapat menjaga semangat untuk beribadah. Tidakkah kita erfikir bagaimana jika Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir kita. Tidakkah kita erfikir bagaimana jika Allah menghentikan nikmat-Nya kepada kita sehingga kita tidak dapat menikmati berpuasa esok hari? Sungguh ironi. Selama sebelas bulan kita telah  bekerja untuk dunia, mengumpulkan harta dunia dan sangat sedikit beribadah kepada Allah. Sekarang Allah memberikan peluang bagi kita untuk meneus sebelas bulan yang telah berlalu dengan beribadah penuh pada satu ulan yang penuh rahmat ini. Namun kenapa kita tidak semangat? Kenapa hanya pada permulaannya saja semangat kemudian menciut? Tidakkah kita malu? Tidakkah kita sombong karna tidak menerima penawaran terbaik yang Allah berikan? Sadarlah Muslim! Amiiiin.

Komentar

Postingan Populer