Pandangan Terhadap Pendidikan di Indonesia

Budaya kegiatan ilmiyah Indonesia semakin memburuk, perhitungan kasar 70% warga Indonesia memiliki budaya menonton, sedangkan 25% membaca dan hanya 5% yang memiliki budaya untuk menulis. Dalam 5% tersebut hanya 0,1% yang menulis dan menghasilkan karya ilmiyah, sedangkan lainnya hanya sekedar menulis cerita, curhatan, puisi atau buku harian.

Selain budaya menulis yang hampir hilang di Indonesia, karya tulis yang dihasilkan seluruh universitas di Indonesia termasuk mahasiswa dan dosen tidak lebih banyak dari karya tulis yang dihasilkan 2 universitas negara tetangga Malaysia, padahal dalam sejarahnya guru Indonesialah yang telah mendidik anak-anak Malaysia dulu.


Ironinya, walaupun sistem pendidikan Indonesia yang menitik beratkan pada karya tulis ilmiyah berupa Makalah, Sripsi, Tesis dan Disertasi tidak dapat menjamin mutu pendidikan Indonesia padahal salah satu tolak ukur kuantitatif maju tidaknya pendidikan adalah jumlah karya tulis yang dihasilkan. Pertanyaan besarnya adalah mengapa hal ini bisa terjadi? Bukankah setiap tahunnya ratus ribuan wisudawan/wati dicetak oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan berbagai gelar?

Terlebih jika kita menelusuri lebih jauh, kita akan menangis darah karna melihat kenyataan bahwa Mahasiswa Indonesia yang seharusnya Maha dalam belajar, membaca, meneliti dan berkontribusi untuk negara sama sekali tidak merasa bersalah melakukan plagiat terhadap karya orang lain. Ctrl+A, Ctrl+C dan Ctrl+V menjadi pahlawan tanpa tanda jasa yang membantu mereka mendapatkan gelar kehormatan yang dengan gelar tersebut mereka mencari nafkah dan menafkahi keluarg mereka bahkan dengan gelar tersebut mereka mendidik putra-putri bangsa, apa jafinya negara kita tercinta ini?

Mahasiswa Indonesia unggul dalam hal mengkritisi perbuatan orang lain, namun tak pernah mengkritisi sikap mereka sendiri. Tidak ada yang melarang untuk kritis, namun kritis dengan menawarkan solusi bukan kritis yang membuat semua terlihat salah dan semakin merumitkan sebuah masalah yang sebenarnya tidak perlu untuk dipermasalahkan. Bukankah tidak mungkin ada suatu masalah jika tidak dipermasalahkan?

Mari kita mengharumkan nama bangsa dan negara dengan memulai dari diri kita sendiri. Tanamkan tekat untuk merubah diri, kemudian merubah lingkungan dan membentuk suatu budaya yang mengarahkan negara kita tercinta kearah yang lebih baik.

Komentar

Postingan Populer